Berita UtamaNews

Pakar IPB University: Kondisi Tanah yang “Lepas” , Pontensi Terjadi Lagi Banjir Bandang di Kawasan Puncak Bogor

 BRO. Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University sekaligus pakar Tata Ruang, Dr Ernan Rustiadi menyatakan bahwa kejadian banjir bandang pada 19 Januari 2021 di Kawasan Puncak Bogor, Kabupaten Bogor, kemungkinan akan terulang kembali.

“kejadian serupa pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya,”ungkap Dr Ernan dalam Konferensi Pers Kajian Tim IPB University Terkait Banjir Bandang di Kawasan Puncak, (25/1) di Kampus Dramaga, Bogor.

Pada banjir bandang di area PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII. Yang paling terdampak adalah Kampung Blok C dan Rawa Dulang.

Melihat kondisi ini, Tim IPB University pada 21-23 Januari 2021 melakukan kunjungan khusus untuk menelaah terkait banjir ini.

Kepala LPPM- IPB University sekaligus pakar Tata Ruang, Dr Ernan Rustiadi.Foto : Humas IPB.

Tim ini, khususnya tim dari Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W), sudah sejak tahun 2014 melakukan kajian dan pedampingan terkait aspek tata ruang dan kawasan di Puncak Bogor,” ujarnya 

Pada kunjungan tersebut, Dr Boedi Tjahjono, Pakar IPB University di bidang Geomorfologi dan Kebencanaan menyimpulkan bahwa secara geomorfologis, Kampung Blok C dan Rawa Dulang berada di bawah area cekungan (Sub-Daerah Aliran Sungai/DAS) yang dominan berlereng curam.

“Tanahnya juga berbahan induk vulkanik (piroklastik dan lava) dimana material asal piroklastik yang sifatnya “lepas” bersifat mudah bergerak/longsor sehingga longsoran dapat membendung sungai. Akumulasi air sungai dapat menjebolkan pembendungan air yang menyebabkan banjir bandang. Beberapa area di sekitarnya juga memiliki kecenderungan pergerakan tanah yang aktif,” ungkap Dr. Boedi

Hal senada disampaikan, Dr Baba Barus, Kepala Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB University sekaligus pakar mitigasi bencana.

Menurutnya, daerah tersebut banyak yang tidak stabil. Secara alami, ada wilayah yang rawan longsor dan menjadi potensi longsor selanjutnya.

“Peluang munculnya longsor kemungkinan terjadi jika tidak ada upaya untuk mencegahnya,” katanya

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dengan drone, kearifan lokal berupa rumpun bambu di sepanjang sungai ternyata mampu membelokkan banjir bandang. Rumpun bambu ini efektif memperkuat dinding-dinding sungai.

“Jadi kami rekomendasikan agar dilakukan penanaman bambu di sepanjang DAS untuk mengurangi dampak banjir bandang yang kemungkinan terjadi di masa yang akan datang, terutama di musim hujan yang ekstrim,” harapnya

Untuk itu, dalam kesempatan ini Dr Ernan menyampaikan rekomendasi jangka pendek berupa mencegah/membatasi aktivitas permukiman dan wisata di area terdampak khususnya hingga berakhirnya masa puncak musim hujan.

Perlu juga melakukan monitoring harian menggunakan teknologi pemantauan jarak jauh (teknologi drone dan lain-lain) di area-area rawan longsor semasa musim hujan.

Ernan juga memberikan rekomendasi jangka menengah dan panjang, diantaranya perlu dibangun sistem pemantauan rutin terpadu dan teknologi informasi-komunikasi di kawasan rawan longsor.

“Disediakannya area-area tangkapan air dan sistem sempadan sungai yang memadai untuk mengantisipasi dan menampung potensi banjir-banjir bandang alami,”kata Ernan

Yang paling penting dalam rekomendasi itu adalah diperlukan penataan ulang area pemukiman dan wisata di sekitar Area Kampung Blok C, Rawa Dulang dan sekitarnya berbasis pertimbangan geomorfologis dan daya dukung lahan.

“Rekomendasi di atas secara umum berlaku untuk area sekitarnya dengan pertimbangan karakteristik geomorfologis masing-masing. Rekomendasi ini sudah kami disampaikan kepada kawan-kawan di PTPN VIII. Tentunya ini juga jadi masukan bagi Kementerian Agraria dan Tata Ruang terkait pengendalian tata ruang,” pungkas Dr Ernan.

Penulis : Iduy.YD
Editor    : Azwar Lazuardy

Show More

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button